Pages

Tetap Cantik Tanpa Melanggar Ajaran Islam


Asahi Shimbun 01 Maret 2011

Berjilbab dengan warna ceria, berpenampilan modis, namun jika wajah "polos" tanpa make up, wajah jadi kurang menarik dan tidak dapat ditutupi.

Ingin terlihat cantik, tapi tidak mau memakai kosmetik yang melanggar ajaran islam. "Kosmetik halal" adalah jawaban bagi wanita islam yang ingin tampil cantik namun tidak melanggar ajaran agama.

"Halal", adalah sebutan bagi benda atau perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam. banyak yang sudah tahu kalau daging babi dan alkohol adalah tabu, namun sebenarnya bukan hanya untuk makanan.



"Wardah", adalah perusahaan kosmetik Indonesia. seluruh produknya yang berjumlah 200 macam telah mendapat sertifikasi halal, yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia. Penjualan yang dimulai sejak tahun 1995 melalu door to door ini kemudian telah berkembang menjadi 1500 outlet yang tersebar di Department Store dan Pusat perbelanjaan lengkap dengan konsultan kecantikannya.

Produk yang menjual, "kecantikan kulit", didalam proses produksinya memerlukan gelatin dan asam lemak yang berfungsi untuk menjaga kelembaban. "Semua produk kosmetik buatan Amerika dan Eropa menggunakan bahan yang mengandung babi, tidak ada satupun skin care dan make up produk kami yang menggunakan bahan yang mengandung babi", kata pak Salman Subakat, Marketing Manager Wardah. Produk yang populer adalah, "Paket Haji", sebuah paket untuk mereka yang akan menunaikan ibadah haji. Harga per buahnya dari 10 ribu - 30 ribu rupiah, targetnya wanita usia 20 - 45 tahun dari keluarga yang berpenghasilan 3 juta - 5 juta rupiah.

Tahan keringat dan melindungi kulit dari sinar ultra violet adalah kalimat promosinya. Maka, sayapun mencoba produk kosmetiknya seperti foundation, lipstick dan lain - lain. Ternyata, setelah dipakai kesana- sini dengan aktifitas penuh seharian, kosmetik ini memang masih tetap dan tidak luntur.

Pelanggannya separuh wanita karir dan separuh ibu rumah tangga. "Banyak muslimah yang taat menjalankan perintah agama tetap mengikuti trend mode dengan membaca majalah fashion", katanya.

Majalah bulanan, "Noor" dengan tiras 25.000 eksemplar, terbit 8 tahun yang lalu. "Wanita Indonesia mulai sadar perlunya menjaga keseimbangan antara "kecantikan dan ajaran Islam", saya ingin memberikan pengetahuan yang benar kepada mereka, itulah sebabnya saya menerbitkan majalah ini", kata Jetti Hadi (55), Pimpinan Redaksi.

Bulan Maret tahun lalu, untuk pertama kalinya di Asia Tenggara, terbit majalah, "Aquila" yang membahas fashion Islam dalam bahasa Inggris. Riana Rosnita (33), sang Pimpinan Redaksi adalah orang Singapura, agamanya Islam dan dia tidak berjilbab. 3 tahun yang lalu dia pindah ke Jakarta bersama suami. Suatu ketika sang suami mengatakan, "belum ada ya majalah fashion yang membahas pakaian-pakaian yang seperti kamu pakai:, kalimat inilah yang menginspirasinya untuk menerbitkan majalah.

Terbit di Indonesia, Singapura dan Malaysia dengan total 10 ribu eksemplar. Iklan-iklannya diisi oleh merk-merk lokal, "saya juga ingin mendapat iklan dari Gucci atau Prada, saya ingin memperluas jangkauan hingga ke Timur TEngah dan Afrika", katanya.

Para wanita Islam mulai menunjukkan minatnya pada fashion. Dapatkah Indonesia menjadi Parisnya fashion Islam 10 tahun yang akan datang?

(Fusako Go) Asahi Shimbun 01 Maret 2011 - Hal 8

Artikel Terkait