Pages

Nurhayati Subakat


Kalau Anda sempat melihat iklan kosmetik berlabel halal yang dibintangi oleh artis Marissa Haque atau Inneke Koesherawati, Anda pasti mengenal kosmetik dalam negeri yang bermerek “Wardah”. Siapa yang mengira, Nurhayati –pendiri PT Pusaka Tradisi Ibu (PTI) yang sebelumnya berkarir di sebuah perusahaan kosmetik asing Wella- memulai usaha itu hanya dengan membuat shampoo berlabel “Putri” yang diproduksi di rumah dan dipasarkan sendiri secara door to door ke salon-salon pada tahun 1985.

Usaha ibu tiga anak ini lambat laun bisa diterima pasar. Sedangkan idenya membuat kosmetik khusus ditujukan untuk komunitas Muslimah baru muncul sepuluh tahun kemudian. Ketika itu sebuah pondok pesantren menyatakan minatnya untuk mendistribusikan kosmetik putri tersebut. Nurhayati beralasan di tengah kebutuhan Muslimah untuk merias diri terselip juga kekhawatiran produk kosmetik yang beredar mengandung unsur yang diharamkan dalam syariah.

Alumnus farmasi ITB Bandung itu kemudian memilih nama Wardah yang berarti bunga mawar sebagai merek kosmetik barunya. Nama ini membawa kesuksesan dalam bisnisnya, dan kemudian lantas merek kedua “Zahra” diluncurkannya. Kali ini produknya dipasarkan dengan sistem Multi Level Marketing (MLM). Dan rencananya masih ada beberapa merek lagi yang akan diluncurkannya, seperti Fadhila, Muntaz dan Kamila.

Sudah tentu Nurhayai tidak perlu lagi menyambangi salon-salon untuk memasarkan produk kosmetiknya karena agen-agennya sudah tersebar di kota-kota di seluruh Indonesia. Dari kedua merek Wardah dan Zahra saja, PTI bisa mengantongi omzet sampai Rp 2 miliar per bulan. Produknya bukan lagi cuma sampo tapi mencakup perawatan kulit, perlengkapan make-up lengkap sampai produk untuk bayi.

Dua pabrik didirikannya di Cibodas dan Jatake, Tangerang dengan kapasitas terpasang dua ribu ton untuk membuat 300 item kosmetik. Karena mengusung label Islami, kelahiran Padang Panjang tahun 1950 ini mempunyai tanggung jawab menjaga kepercayaan ummat. Maka bahan-bahan baku yang sebagian besar masih didatangkan dari luar negeri ditelitinya sendiri, meski sudah mengantongi sertifikat halal. Tampaknya Nurhayati ingin betul-betul menerapkan moto dagangnya, “Suci dan Aman”.
http://pojokniaga.wordpress.com

Artikel Terkait